Melalui pengamatan nas-nas yang shohih dari Al Quran dan sunnah serta di topang oleh pemahaman dan pandangan para ulama dalam memahami nansh-nash tersebut, bahwa manusia menempuh kehidupan empat Alam: alam rahim, alam dunia, alam barzahk (kubur), alam akhirat.
Yang mana proses kehidupan setiap alam tersebut memiliki kekhususan masing-masing, tidak bisa disamakan proses kehidupan dalam setiap alam tersebut dengan kehidupan alam yang lainnya, alam rahim umpamanya mungkin saja bisa diketahui sebahagian proses kehidupan disana melalui peralatan kedokteran yang canggih, tapi di balik itu semua masih banyak keajaiban yang tidak terungkap dengan jalan bagaimanapun, semua itu merupakan rahasia yang sengaja Allah tutup dari ilmu dan pandangan umat manusia.
Allah telah menerangkan dalam firmannya yang berbunyi:
{وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا} [الإسراء/85]
“Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit saja”
Apalagi bila kita hendak berbicara tentang kehidupan alam kubur dan alam akhirat, tiada pintu yang bisa kita buka kecuali pintu keimanan dengan yang ghaib, melalui teropong nas-nas Al Quran dan sunnah. Beriman dengan hal yang ghaib adalah barometer pembeda antara seorang mu’min dengan seorang kafir.
Sebagaimana termaktub dalam firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ [البقرة/2، 3]
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib”.
Banyak sekali nas-nas dari Al Quran dan sunnah yang mengukuhkan persoalan ini yang tidak mungkin untuk kita urai dalam tulisan yang singkat ini.
Keadaan manusia dalam alam kubur
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan melewati Alam kubur. Alam ini disebut pula alam barzakh yang artinya perantara antara alam dunia dengan alam akhirat.
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ [المؤمنون/99، 100]
“Apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, ia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada Barzakh (pembatas) hingga hari mereka dibangkitkan”.
Para ahli tafsir dari ulama salaf sepakat mengatakan: “Barzakh adalah perantara antara dunia dan akhirat, atau perantara antara masa setelah mati dan hari berbangkit[1]“.
Dinamakan alam Barzakh dengan alam kubur adalah atas keadaan yang umum terjadi, karena umumnya manusia bila meninggal dunia di kubur dalam tanah. Namun bukan berarti orang yang tidak dikubur telepas dari peristiwa-peristiwa alam barzakh. Seperti orang yang dimakan binatang buas, tenggelam di lautan, dibakar ataupun terbakar. Sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Seperti yang diceritakan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam sabdanya:
عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (قال رجل لم يعمل خيرا قط فإذا مات فحرقوه واذروا نصفه في البر ونصفه في البحر فوالله لئن قدر الله عليه ليعذبنه عذابا لا يعذبه أحدا من العالمين فأمر الله البحر فجمع ما فيه وأمر البر فجمع ما فيه ثم قال لم فعلت ؟ قال من خشيتك وأنت أعلم فغفر له ) متفق عليه.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: “Seorang yang tidak pernah beramal baik sedikitpun berkata kepada keluarganya: apabila ia meninggal maka bakarlah dia, lalu tumbuk tulangnya sehalus-halusnya. Kemudian sebarkan saat terjadi angin kencanng bertiup, sebagian di daratan dan sebagian lagi di lautan. Lalu ia berkata: Demi Allah, Jika Allah mampu untuk menghidupkannya, tentu Allah akan mengazabnya dengan azab yang tidak diazab dengannya seorangpun dari penduduk alam. Maka Allah memerintahkan kepada lautan dan daratan untuk mengumpulkan debunya yang terdapat dalamnya. Maka tiba-tiba ia berdiri tegak. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apa yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut?[2]
Dari kisah yang disebutkan dalam hadits di atas dapat kita lihat bagaimana seseorang tersebut berusaha untuk lari dari azab Allah dengan cara yang menurut akal pikirannya dapat membuatnya lolos dan lepas dari azab Allah. Tetapi hal tersebut tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah. Bila seandainya ada seseorang mau melakukan tipuan terhadap Allah agar ia terlepas dari azab kubur, sesungguhnya kekuasan jauh lebih kuat daripada tipuanya. Pada hakikatnya yang ditipunya adalah dirinya sendiri.
Di alam kubur manusia akan mengalami kehidupan sampai teropet sangkakal ditiup oleh malaikat Isrofil. Di sana ada yang bersukacita dan ada pula yang berdukacita, ada yang bahagia dan ada pula yang menderita.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Baraa’ bin ‘Azib Radhiallahu ‘anhu. Ia berkata: “Ketika kami menghadiri penguburan jenazah di perkuburan Baqi’ Al Gharqad Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam mendatangi kami lau beliau dudk maka kamipun duduk di sekeliling beliau, bagaikan di atas kepala kami hingap burung (gambaran akan ketenangan sahabat). Orang tersebut sedang dibikinkan lahat. Lalu Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam mengucapkan “Aku berlindung dengan Allah dari aza kubur” sebanyak tiga kali. Kemudia beliau berkta: Sesungguhnya seorang hamba apabila akan menemui kehidupan akhirat dan akan berpisah dengan kehidupan dunia. Maka para malaikat turun mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan minyak harum dari surga. Para malaikat tersebut duduk dengan jarak sejauh mata memandang. Kemudian malaikat Maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya seraya berkata: Wahai jiwa yang baik keluar kepada keampunan dan keredhaan Allah. Maka keluarlah ruh tersebut bagaikan mengalirnya air dari mulut cerek. Maka malaikat Maut mengambilnya. Bila telah diambilnya, ia tidak membiarkan ditanganya walau sekejab mata hingga para malaikat (yang membawa kafan dan minyak harum) mengabilnya. Lalu mereka bungkus ruhnya dengan kafan dan minyak harum tersebut. Maka keluar darinya aroma bagaikan aroma minyak kasturi yang paling harum di muka bumi. Maka mereka membawa ruh tersebut naik (ke langit). Setiap mereka melewati malaikat-malaikat mereka bertanya: Siapa harumnya yang mewangi ini? Maka menyebutnya dengan namanya dengan panggilan yang paling baik waktu di dunia. Sampai naik kelangit, lalu mereka meminta dikukan pintu langit, maka lalu dibuka untuknya. Maka malaikat penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada langit berikutnya. Sampai mereka berakhir pada langit yang Allah berada disana. Maka Allah berkata: Tulislah kitab hamba-Ku pada ‘Illiyyin (tempat yang tinggi) dan kembalikan ia kebumi, sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi kemudian padanya mereka dikembalikan dan darinya mereka akan dibangkitkan kelak. Maka ruhnya dikembalikan kepada jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat, keduanya menyuruhnya untuk duduk dan keduanya bertanya kepadanya: Saiap tuhanmu? Maka ia menjawab tuhanku adalah Allah. Apa agamamu? Maka ia menjawab agamaku Islam. Siapa orang ini yang diutus kepadamu? Ia menjawab: ia adalah Rasulullah. Apa ilmumu? Ia menjawab: aku membaca kitab Allah dan aku beriman dengannya. Lalu di serukan dari langit: sungguh benar hambauku. Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga. Dan bukakan untuknya pintu surga. Maka datanglah kepadanya keharuman surga dan dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Maka datang kepadanya orang yang berwajah tanpan, berpakaian yang bagus dan harum mewangi. Ia (orang berwajah tanpan) berkata: bergembiralah dengan hal yang menyenangkanmu, inilah hari yang dijanjikan untukmu. Maka ia (mayat) bertanya: siapa anda, wajahmu yang membawa kebaikan? Maka ia menjawab: aku adalah amalmu yang sholeh. Maka sang mayat berkata: Ya Allah cepatkanlah kiamat, agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku.
Dan bila seorang kafir berpidah dari dunia dan menuju kealam akhirat. Maka para malaikat turun dari langit kepadanya dengan wajah yang hitam. Mereka membawa kain ketan yang kasar, mereka duduk dengan jarak dari mayat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat Maut dudk di dekat kepalanya. Ia berkata: Wahai jiwa yang kotor keluarlah kepada azab kemarahan Allah. Maka ruhnya menyebar pada tubuhnya, maka malaikat Maut mencabut ruhny dengan kuat seperti mencaput sisr bese dari ijuk yang basah. Bila telah diambilnya ia tidak membiarkannya sekejab mata di tangannya, sampai para malikat (ruh) meletakkanya pada kain ketan yang kasar tersebut. Lalu ia mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi. Kemudian meraka para malaikat tersebut membawa naik, tiada malaikat yang mereka lewati kecuali bekata: Bau apa yang sangat keji ini? Maka ia dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu di dunia. Sehingga arwahnya sampai pada langi dunia lalu malaikat meminta pintunya dibuka, maka tidak izinkan untuk dibuka untuknya.
Kemudia Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam membaca firman Allah:
{ لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ} [الأعراف/40]
“Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk kedalam lubang penjahit”.
Kemudian Allah berkata: “Tulislah catatan amalnya di Sijjin pada lapisan bumi yang paling bawah”. Maka ruhnya dilemparkan jauh-jauh.
Kemudian Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam membaca ayat:
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ [الحج/31]
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”.
Lalu ruhnya dikembalikan kepada jasadnya, dan datang kepadanya dua orang malaikat lalu menyuruhnya dudk. Lalu kedua malaikat itu berkata: siapa tuhanmu? Maka ia menjawab: ha ha, aku tidak tau. Lalu keduanya berkata lagi: siapakah orang ini yang diutus kepadamu? Ia menjawab lagi: ha ha, aku tidak tau. Maka seseorang menyeru dari langit: sungguh ia telah berdusta. Maka bentangkan tikar untuknya dari api neraka dan bukakan salah satu pinti neraka untuknya. Maka datanglah kepadanya angin panas neraka. Lalu kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulang rusuknya saling bedempet. Kemudian dating kepadanya seorang yang bewajah jelek, berpakaian jelek, berbau busuk. Lalu orang tersebut berkata: berbahagialah dengan apa yang mennyakitimu, inilah hari yang dijanjikan padamu. Lalu ia (mayat) bertanya: siapa engkau yang bewajah jelek? Ia menjawab: aku adalah amalanmu yang keji. Lau simayat berkata: Tuhanku janganlah engkau datangkan kiamat”[3].
Jika seorang muslim mau merenungkan sejenak bagaimana keadaan dan kondisi kehidupannya nanti di alam kubur. Niscaya ia akan menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Bayangkan bagaimana ketika kita berada dalam sebuah lubang yang sempit dan gelab, tidak ada cahaya sedikitpun. Betapa suasana gelap mencekam menimbulkan rasa takut yang dalam, napas terasa sesak, semakin lama semakin sulit untuk bernapas, rasa haus, lapar, panas, mau berteriak tidak seorangpun yang mendengar.
Akan tetapi alam kubur jauh berbeda dari semua itu. Tidak hanya sebatas apa yang tergambar ketika kita berada dalam sebuah lubang sempit dan gelap. Suasana di sana akan ditentukan oleh amalan kita sewaktu di dunia. Orang yang beramal sholeh waktu di dunia ia akan lulus dalam menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari surga, ditemani oleh orang berbau wangi dan berwajah tampan. Kemudian senantiasa mencium bau harum hembusan angin surga.
Adapun orang yang hidup di dunia bergelimang dosa dan maksiat apalagi melakukan perbuatan syirik. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas haparan tikar dari api neraka, di temani oleh orang berbau busuk dan berwajah buruk. Kemudian senantiasa mencium bau busuk hembusan panas api neraka.
Bahkan setiap manusia akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya saat di alam kubur pada waktu pagi dan sore. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِىِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ يُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » (رواه مسلم من حديث ابن عمر رضي الله عنه).
“Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia dari penghuni surga maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya: inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari kiamat”.
Dinatara hikmah diperlihatkannya tempat seseorang di akhirat kelak ketika diwaktu alam kubur adalah agar semakin menimbulkan rasa syukur dalam diri orang yang beramal sholeh. Ini adalah salah satu bentuk nikmat yang dirasakannya dalam alam kubur.
Adapun bagi orang berbuat dosa akan semakin menambah rasa kekecewaan dan penyesalan dalam dirinya. Ini adalah salah satu bentuk azab yang dialaminya dalam alam kubur.
Hal ini disebutkan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam sabdanya:
((لا يدخل أحد الجنة إلا أري مقعده من النار لو أساء ليزداد شكرا ولا يدخل النار أحد إلا أري مقعده من الجنة لو أحسن ليكون عليه حسرة )). رواه البخاري من حديث أبي هريرة رضي الله عنه.
“Tidak seorang pun masuk kedalam surga kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka jika seandainya ia berbuat jelek. Agar bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seorang pun masuk kedalam neraka kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga seandainya ia berbuat baik. Agar semakin bertambah atasnya rasa penyesalan”.
Dalam riwayat lain disebutkan:
« إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ في قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ ». قَالَ « يَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ في هَذَا الرَّجُلِ ». قَالَ « فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ». قَالَ « فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ ». قَالَ نبي اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا ». قَالَ قَتَادَةُ وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ في قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا وَيُمْلأُ عَلَيْهِ خَضِرًا إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. (رواه مسلم من حديث أنس بم مالك رضي الله عنه).
“Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya, dan kerabatnya pergi meninggalkannya. Sesungguhnya ia mendengar derap sandal mereka. Datanglah kepadanya dua orang malaikat lalu menyuruhnya duduk. Lalu keduanya berkata: apa perkataanmu tentang orang ini? Adapun orang mukmin akan menjawab: aku bersaksi ia adalah hamba Allah dan utusannya. Lalu dikatakan kepadanya: lihatlah tempatmu di neraka sungguh Allah telah menukarnya dengan tempat di surga, maka ia melihat keduanya. berkata Qotadah: disebutkan kepada kami bahwa kuburnya di luaskan tujuh puluh hasta, yang dipenuhi oleh tubuhan hijau sampai hari mereka dibangkit”.
Bantahan Terhadap Orang Yang Mengingkari Azab Kubur.
Sebagian kelompok sempalan dalam Islam justru ada yang mengingkari dan tidak percaya dengan azab kubur, seperti orang-orang Mu’tazilah dan para pengagum pemikiran orientalis.
Mereka berpegang kepada akal dan indra mereka, alasan mereka karena bertentangan dengan kenyataan. Jika kita melakukan pengalian terhadap sebuah kuburan, besarnya tidak berobah, kita temui kuburannya tetap seluas itu.
Jawaban atas argumentasi mereka tersebut adalah sebagai berikut:
Pandangan dan pendapat yang tidak percaya tentang adanya azab kubur adalah batil menurut kenyataan dan akal sehat, apalagi menurut agama. Mari kita simak pada penjelasan berikut:
- Sesungguhnya yang wajib menjadi pedoman kita adalah Al Qura’an dan sunnah. Kita tidak boleh menolak ketentuan Allah dan Rasul Sallallahu Alaihi Wa Sallam dengan alasan tidak masuk akal. Karena ketika diteliti ternyata hal tersebut tidak bertentangan dengan akal. Karena yang menciptakan akal dan yang menurun syari’at adalah Allah Yang Maha Tahu. Tidak ada ajaran agama yang tidak terima akal. Tetapi sebagian ajaran agama ada yang tidak terjangkau oleh akal dan membuat akal bertekuk lutut dihadapan agama. Oleh sebab itu Allah tidak menyerahkan manusia pada akal semata. Akan tetapi Allah mengutus para rasul dan menurunkan wahyu untuk mengarahkan akal dalam berfikir.
- Alam kubur adalah alam ghaib yang memiliki kekhususan, tidak bisa diqiaskan dengan alam dunia ini. Ada orang mencoba mengukur kebenaran azab kubur dengan panca indranya. Lalu ia mengingkari kejadian alam barzakh dengan alasan karena tidak menyaksikanya dengan panca intra. Menurut pemikirannya yang picik dan dangkal kehidupan alam kubur seperti kehidupan alam dunia. Ini suatu kekacauan dan kekeliruan dalam mengimani alam barzakh tersebut. Segala peristiwa di sana adalah alam ghaib yang tidak bisa dijangkau dengan panca indra biasa, tetapi bisa dijangkau dengan indra keimanan kepada alam ghaib. Bahkan kadang kala sebagian orang menemukan bukti nyata tentang adanya azab kubur. Seperti ketika terjadi penggalian terhadap kuburan karena alasan tertentu. Ditemukan adanya perbedaan kondisi mayat anatara satu dengan lainnya. Ada kondisinya yang utuh, ada yang hancur seluruh tulang teronggok di tengah, ada pula sebagian tubuhnya hacur dan sebagian utuh, dan ada pula seakan-akan baru dikubur, padahal ia sudah dikubur sejak puluhan tahun. Semua ini menunjukkan adanya proses di alam kubur tersebut sesuai dengan kondisi keimanan masing-masing orang.
- Yang merasakan tentang nikmat dan azab kubur tersebut adalah orang berada dalam kubur itu sendiri. Sebagaimana seseorang yang bermimpi dalam tidurnya merasa berada di tempat yang luas atau di tempat yang sempit. Tetapi orang yang melihatnya tidak merasakan hal itu, ia hanya melihat orang tersebut sedang tidur. Contoh lain adalah ketika Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam menerima wahyu di hadapan para sahabat. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dapat mendengar dan melihat jibril akan tetapi para sahabat tidak mendengar dan tidak melihatnya.
- Kemapuan panca indra makhluk terbatas dalam mengetahui segala sesuatu. Mereka tidak akan mampu mengatahui segala apa yang terjadi di langit dan di bumi. Sebagaimana Allah menyebutkan bahwa langit dan bumi bertasbih memuji Allah. Akan tetapi kita tidak mendengar tasbihnya. Namun kadang kala yllah memperdengarkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Demikian pula halnya keadaan alam Barzakh.
- Kebatilan pendapat tersebut menurut kenyataan.
Dalam keyataan sehari-hari ada kondisi yang amat dekat kemiripannya dengan kondisi mayat dalam kubur tentang hal yang sedang dialaminya. Kita contohkan dua orang yang sedang tidur, salah seorang diantara mereka melihat dalam tidurnya ia sedang berada di padang hijau yang luas penuh dengan bunga-bunga. Yang lain melihat ia sedang berada dalam gua gelab yang sempit serta sangat menakutkan. Sedangkan dalam kenyataannya mereka sedang tidur terbaring dengan pulas. Tidak seorangpun yang merasakan apa yang sedang mereka alami dalam tidurnya. Demikian pula mayat yang ada dalam kubur, ia tidur namun tidurnya memiliki rahasia tentang apa yang sedang dialaminya dalam kuburnya. Oleh sebab itu dikatakan orang: tidur adalah saudara kematian.
- Kebatilan pendapat tersebut menurut akal.
Peristiwa yang kita gambarkan pada poin kelima di atas dapat diterima oleh akal. Bila kondisi tersebut terjadi dan kita alami di dunia, apakah tidak mungkin untuk terjadi di alam kubur.
- Kebatilan pendapat tersebut menurut agama.
Adapun kebatilan pendapat tersebut menurut Agama adalah sangat banyak sekali dalil yang menerangkan tentang adanya azab kubur dalam Al Quran dan hadits-hadits yang shohih. Kevalitan keyakinan tentang adanya azab kubur sangat banyak sekali dalil-dalilnya. Baik dari ayat-ayat Al Qur’an maupun dari hadist-hadits yang shohih. Sebagiannya telah kita sebutkan diawal pembahasan ini. Namun tidak mengapa kita tambahkan sedikit lagi pada berikut ini:
- Ayat-ayat Al Qur’an.
Ayat Pertama: Firman Allah dalam Surat Ibrohim ayat 27 yang berbunyi:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ [إبراهيم/27]
“Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat“.
Ayat ini menerangkan tentang pertolongan Allah dalamm meneguhkan jawaban orang mukmin ketika menjawab pertanyaan dua orang malaikat ketika di alam kubur. Sebagaimana yang diterangkan dan disepakati oleh para ulama mufassirin.
Hal ini dipertegas oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan muslim dalam kitab shohihnya:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ عَنِ النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ « (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ « نَزَلَتْ في عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّىَ اللَّهُ ونبيي مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم. فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ في الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ) ». متفق عليه.
Melalui sahabat Barraak bin ‘Azib Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam, beliau membaca firman Allah: “Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat“.
Lalu beliau bersabda: “Ayat ini turun tentang Azab kubur. Dikatakan kepada simayat: siapakah tuhanmu? Maka ia menjawab: Tuhanku Allah, nabiku Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Maka itulah yang dimaksud firman Allah: “Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat“.
Ayat Kedua: Firman Allah dalam surat Al Mu’min ayat: 45-46 yang berbunyi:
وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ [غافر/45، 46]
“Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa Fir’aun dan pengikutnya telah mendapat azab di alam barzakh (kubur), dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit. Adapun pada hari kiamat Fir’aun dan kaumnya akan dimasukkan kedalam azab yang lebih keras lagi.
Imam Qurthubi mengomentari ayat diatas dalam tafsirnya: “Jumhur para mufasiriin mengatakan bahwa penampakkan tersebut terjadi pada alam Barzakh (kubur). Dan ini adalah hujjah dalam ketetapan azab kubur”[4].
Demikian pula komentar Imam Ibnu Katsir dalam tasirnya: “Ayat ini adalah landasan yang kokoh sebagai dalil Ahlussunnah atas azab Barzakh di dalam kubur”[5].
Ayat Ketiga: Firman Allah dalam surat At Yaubah ayat: 101 yang berbunyi:
سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ [التوبة/101]
“Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar”.
Ayat ini telah dijadikan dalil tentang adanya azab kubur oleh para ulama salaf[6], sepeti Mujahid, Qotadah dan Imam Bukhary.
Berkata Mijahid dalam menafsirkan “Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar“: yakni “Dengan kelaparan dan azab kubur, kemudian mereka dimasukkan kedalam azab yang lebih dahsyat pada hari kiamat”.
Berkata Imam Qotadah: “Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar” yakni “Azab dunia dan azab alam kubur kemudian mereka dimasukkan kedalam azab yang lebih dahsyat”[7].
Demikian pula Imam Bukhary berdalil dengan ayat sebelumnya dan ayat ini tentang adanya azab kubur. Sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab shohih beliau diawal Bab: “Dalil-dalil tentang azab kubur[8]“.
- Hadits-hadits Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
Adapun dalil dari hadits-hadits Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam tentang azab kubur sangat banyak sekali. Pada brikut ini kita sebutkan sebagian kecil saja sebagai tambahan dari apa yang telah disebutkan pada awal pembahasan ini.
Hadits Pertama:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ «لَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ». رواه مسلم.
Dari Anas Radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: “Jika seandainya kalian tidak akan dikubur, sungguh aku berdo’a kepada Allah untuk mendengarkan kalian dari azab kubur”.
Dalam hadits ini Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam memberitahukan kepada para sahabat tentang kepastian adanya azab kubur. Bahkan beliau berkeinginan untuk bedo’a kepada Allah agar memperdengarkannya kepada para sahabat. Tetapi ada hal yang menghalangi beliau adalah karena mereka akan menghadapinya di kubur. Hal akan berakibat membuat orang tidak akan merasa tentram dalam hidupnya ketika mendengar azab kubur tersebut. Dan bisa-bisa membawa kepada keputus asaan dalam diri seseorang. Serta dapat mengganggu dalam merasakan nikmat-nikmat dunia yang diberikan Allah kepada mereka. Sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama tentang hikmah untuk tidak diperdengarkannya azab kubur tersebut kepada manusia.
Hadits Kedua:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ». رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam: “Apabila salah seorang kalian telah selesai membaca Tasyahud, maka hendakla ia berlindung kepada Allah dari empat hal: Ya Allah Aku berlindung dengan-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari fitnah Masih Dajjal”.
Hadits ini menunjukkan tentang keberadaan azab kubur. Kalau seandainya tidak ada untuk Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh umat berlindung dengan Allah dari azab kubur. Tentulah perintah tersebut akan menjadi sia-sia bila azab kubur tersebut tidak ada. Bahkan banyak sekali hadits yang menyebutkan tentang do’a Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam agar dilindungi Allah dari azab kubur. Hal ini menunjukkan begitu urgennya masalah beriman dengan zab kubur.
Hadits Ketiga:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ « أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ». متفق عليه.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam melewati dua kuburan. Lalu beliau berkata: sesungguhnya keduanya sedang di azab. Keduanya diazab bukan karena dosa besar. Adapun salah seorang mereka suka memfitnah (mengadu-domba). Dan yang lain tidak bersuci ketika buang air kecil”.
Dalam hadits ini Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam diberitahu oleh Allah tentang keadaan dua orang penghuni kuburan tersebut. Bahwa keduanya sedang diazab dalam kuburnya. Karena sebelum terjadi hari kiamat belum ada orang yang diazab dalam neraka. Adapun peristiwa yang digambarkan kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam ketika isra’ mikraj adalah tentang keadaan setelah hari kiamat kelak.
Kemudian dalam hadits tersebut terdapa dua bentuk sebab yang biasa menyebabkan seseorang diazab dalam kuburnya. Pertama orang yang suka memfitnah atau mengadu domba di tengah masyarakat. Kedua orang yang tidak bersuci ketika selesai buang air kecil.
Kesimpulan:
Azab kubur adalah benar-benar ada, dan kita wajib beriman kepadanya karena ia adalah bagian dari beriman kepada yang ghaib.
Azab kubur adalah umum untuk seluruh msnusia, tidak khusus dengan umat nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
Diantara Azab atau nikmat kubur ada yang berhubungan dengan ruh dan jasad secara bersamaan. Dan ada pula yang khusus berhubungan dengan ruh saja.
Semua ruh orang yang telah meninggal dunia berada di alam Barzakh, sekalipun ia pelaku maksiat atau orang kafir.
Seseorang tidak akan masuk surga atau neraka kecuali setelah terjadinya hari kiamat dan dibangkitnya seluruh manusia dari kuburnya.
Pelajaran di balik keimanan kepada Azab Kubur.
Dalam keimanan kepada azab kubur tersimpan banyak hikmah dan pelajaran bagi pribadi seorang muslim. Diantara pelajaran yang dapat kita ambil dari keimanan kita kepada azab kubur adalah sebagai berikut:
- Menanamkan dalam diri seseorang sikap mawas diri dalam meninggalkan perintah-perintah agama.
- Memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan amal sholeh, agar mendapat keberuntungan di alam kubur.
- Menimbulkan dalam diri seseorang rasa takut untuk melakukan maksiat, agar terhindar dari azab kubur.
[1] Lihat tafsir Thobary: 18/53.
[2] Kisah ini terdapat dalam Shohih Bukhari (7067) dan Shohih Muslim: (7157).
[3] Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan dishohihkan oleh syeikh Albany dalam “Shohih Jami’ ash Shoghiir” no (1676).
[4] Lihat tasir Qurthuby: 15/318.
[5] Lihat tafsi Ibnu Katsir: 4/82.
[6] Lihat tafsir Thobari: 11/9-12.
[7] Lihat perkataan dua imam tersebut dalam tafsir Thobary: 11/10-11.
[8] Lihat shohih Bukhary: 1/461.